Rabu, 23 Maret 2011

MAWAR



Setiap hari aku selalu medapatkan setangkai mawar putih di depan pintu rumahku. Aku tidak tau siapa yang mengirimkannya. Sudah sekitar 5 bulan mawar putih ini menyambut pagi hariku. Tak tau maksud dari si pengirim mawar ini apa? Sering ku berpikir mungkin sang pengirim bunga salah alamat, tapi itu semua tidak mungkin karena setiap tangkai mawar putih yang bertengger di depan rumahku selalu saja disertai secarik kertas yang bertuliskan namaku “untuk Renata.”
Lalu beberapa pikiran muncul kembali ke dalam benakku. Mungkin saja yang mawar ini untuk Renata yang lain, aku pun berbicara kepada ketua RT yang kebetulan bersebelahan dengan rumahku. Tapi ternyata dari 10 rumah di kompleks ini yang bernama Renata hanya aku.
Lalu terfikir kembali sesuatu yang agak ganjal dalam setiap pengiriman setangkai mawar itu. Mawar itu tidak pernah dikirim oleh orang yang sama. Waktu itu, karena rasa penasaran sudah mulai membunuhku, aku pun bersiap siaga di dekat jendela rumahku. Saat itu aku berharap ,aku dapat mengetahui siapa yang telah mengirim mawar itu setiap hari ke depan rumahku. Saat itu yang kulihat adalah seorang anak laki – laki kecil yang mengirimnya. Aku pun mulai bertanya-tanya , padahal aku pun tidak pernah melihat anak kecil itu. Aku pun menghampiri bocah kecil itu dan bertanya padanya. Tapi jawaban dari rasa penasaranku ternyata tidak bisa dijawab oleh si bocah kecil itu, karena dia sendiri pun tidak mengetahui orang yang menyuruhnya. Begitupun hari hari berikutnya,tapi ada sebuah perubahan di setiap pengantarnya, pada bulan -bulan pertama ,yang mengirimkan mawar itu selalu seorang anak kecil, kadang seorang anak laki – laki, kadang seorang anak perempuan. Kemudian, bulan berikutnya, yang mengantarkan mawar itu adalah anak laki – laki dan anak perempuan yang seumuran anak SMP, kadang mereka mengirmkan mawar itu dengan menggunakan seragamnya. Dan untuk bulan – bulan berikutnya , adalah pemuda pemudi ,yang kisaran umurnya SMA. Aku tak pernah habis fikir apa maksud dari semua ini. Kadang aku sangat bosan karena rasa penasaranku ini, tak kunjung jua mendapatkan jawabannya.
Mungkin ini memang sebuah hal yang romantis tapi, apa gunanya keromantisan jika ia tak kunjung jua menampakkan batang hidungnya? Bukankah pengecut itu namanya?
“iYa, ta , Gw capek banget. Gw penasaran siapa sih sebenernya dalang dari mawar mawar ini??” kataku kesal kepada Anita, sahabat baikku di kantor
“Aku juga tak taulah ,ren. Aku sendiri pun juga ikut bingung mendengar cerita-ceritamu.”jawabnya. Telepon di mejanya pun berdering, memotong pembicaraanku dengan Anita.” sebentar ya,ren.Gw dipanggil, Pak Varlon.”
“Iya, iya, sana gih. Tapi belakangan ini lo sering banget dipanggil ama dy, padaalkan lo bukan sekretarisnya. Kan sekretarisnya dia kan gw.”
“ckckck makana ren. Lo bae – bae ama dy. Jangan lo cemberutin mulu dy. Malah kurang ntar gaji lo. Buat apa sih mengenang kejelekannya pak Varlon yang dulu, padahal hal ntu kan terjadi udah lama banget, pas lo masih SD malah.”
ceramah Anita.
“ahhhh gk tw lah , gw tetep aja benci sama dy. Kebencian gw gk bakal pernah hilang untuk dy.”

Pikiranku pun melayang kembali mengingat sosok si tuan mawar yang aku gambarkan sendiri. Mungkinkah aku memilik secret admire?? weewww sesuatu yang menakjubkan kataku dalam hati . Tapi itu semua belum tentu terjadi, siapa tau aja semua yang mengerjakan hal – hal mawar itu hanyakah seorang om-om gatel yang iseng iseng berhadiah saja. Agak serem juga membayangkan hal – hal itu terjadi. Intinya , aku tetap penasaran akan semuanya ini. Aku berharap semuanya dapat terungkap secepatnya. Karena aku paling benci untuk menunggu seperti ini. Apalagi dengan rasa penasaran yang menggerogori tubuhku ini.
Aku pun memasuki gerbang rumahku. Mungkin aku sudah cukup tua untuk tetap tinggal bersama orang tuaku. Tapi apa daya aku tidak pernah bisa jauh dari orang tua ku. Tak bisa kubayangkan aku hidup tanpa mereka.
Setapak demi setapak kulalui, agak panjang perjalananku menuju rumah, karena gerbang komplek cukup jauh dari rumahku. Tiba-tiba saja aku memberhentikan langkahku. Aku tertegun memandangi setangkai bunga mawar berwarna putih yang tersebar di setiap jalan kompleks rumahku. Mawar – mawar putih ini tersusun seperti membuat jalan. Apakah ini semua kerjaan si sosok misterius itu?? aku pun semakin penasaran akan apa yang akan terjadi. Aku pun mengikuti mawar – mawar putih itu. Perlahan demi perlahan, kuberjalan mengikutinya, dapat kurasakan setiap sensasi harum yang dikeluarkan dari mawar -mawaar putih ini. Mungkin dulu aku tidak menyukai bungan mawar atau berbagai macam bunga bunga lainnya. Tetapi sejak, mawar ini mulai menyapaku di setiap pagi, perlahan lahan aku mulai menyukai harumnya.
Detik demi detik, terasa perjalanan ini semakin lama saja. Sampai akhirnya, mawar putih itu tak terlihat lagi. Dan ternyata aku berhenti tepat di depan rumahku. Aku sungguh sangat terkejut melihat itu semua. Pekarangan rumahku yang terbuka sekarang dipenuhi dengan beribu-ribu mawar putih, yang entah darimana asalnya. Pekarangan rumahku benar -benar tertutupi mawar putih, bahkan rumput – rumput yang berwarna hijau pun sekarang tak dapat kulihat lagi. Karena digantikan oleh mawar-mawar putih itu.
Pandanganku pun menyapu semua yang ada di mataku, seakan aku sedang mencari sesosok orang yang sedang kutunggu, tapi aku tidak menemukan siapapun. Ada apa sih ini? Tanyaku dalam hati . Tapi pandanganku berhenti pada setangkai bunga, setangkai bunga yang berbeda daripada yang lain, yaitu setangkai bunga mawar merah, aku pun mengambil bunga itu, dan menemukan secarik kertas bertuliskan kalimat

Renata,
maafkan aku atas semua kesalahanku yang dulu,

Aku agak kaget melihat kalimat itu, apakah semua ini karena ada seseorang yang ingin meminta maaf kepadaku? Siapakah dia? Apakah dia??
kesalahan yang dulu ? Dulu? Dulu?
Aku pun membalikkan badanku dengan segera, dan menemukan sesosok tubuh yang sangat kukenal. Sosok yang sangat kubenci dari beribu ribu tahun yang lalu. Varlon.

“Kenapa, lon?”tanyaku sambil meneteskan air mata yang tak sanggup ku tahan lagi
“Kenapa menangis??”katanya sambil mendekat,dan mengusap air mataku.”aku melakukan ini semua karena aku ingin meminta maaf kepadamu. Aku tidak ingin di hatimu hanya ada kebencian tentangku. Kenapa kamu menangis?”
“Aku .. aku... tak habis fikir.”aku pun menyandarkan kepalaku ke dalam pelukannya. Entah kenapa setelah mengetahui, bahwa semua yang terjadi itu adalah perbuatan Varlon, seorang lelaki yang sangat kubenci, lelaki yang tak pernah terfikirkan olehku, seorang lelaki yang ternyata benar-benar mempunyai niatan tulus untuk meminta maaf kepadaku.
“Aku tak ingin.”kata Varlon sambil memelukku.”hanya ada kebencian di hatimu untukku ,aku ingin setiap kau mengingat diriku, itu semua tentang ketulusan hatiku mencintaimu. I love you renata.”


the end

Tidak ada komentar: